tag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post2857235907766761098..comments2023-02-22T02:13:24.833-08:00Comments on ESTETIKA: Sejarah Perkembangan EstetikaWidodohttp://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comBlogger55125tag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-23900258477741082072016-10-04T19:55:36.502-07:002016-10-04T19:55:36.502-07:00apakah beliau leo tolstoy seorang tokoh positivism...apakah beliau leo tolstoy seorang tokoh positivisme bung widodo ?<br />NuzuLulhttps://www.blogger.com/profile/16667307566058057969noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-42881079336338698602011-12-18T04:44:14.955-08:002011-12-18T04:44:14.955-08:00ANIMAL SYMBOLICUM (simbol-simbol pada binatang)
me...ANIMAL SYMBOLICUM (simbol-simbol pada binatang)<br />merupakan segala sesuatu yang melambangkan adanya suatu tanda/lambang pada binatang yang terbentuk atas dasar konvensi sebagai identitas diri.<br />(dari kata Yunani: semeion yang berarti tanda) adalah ilmu yang meneliti tanda-tanda, sistem-sistem tanda, dan proses suatu tanda diartikan (Hartoko, 1986: 131). Dengan kata lain, ilmu yang mempelajari berbagai objek, peristiwa, atau seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco, 1979: 6). Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang bersifat representatif, mewakili sesuatu yang lain berdasarkan konvesi tertentu. Konvensi yang memungkinkan suatu objek, peristiwa, atau gejala kebudayaan menjadi tanda itu disebut juga tanda sosial. (Yosep Yapi Yaum, 1997: 40)<br /><br />Meskipun kajian mengenai tanda dilakukan sepanjang abad, tetapi pengkajian secara benar-benar ilmiah baru dilakukan awalabad ke-20, yang dilakukan oleh dua orang ahli yang hidup pada zaman yang sama, dengan konsep dan paradigma yang hampir sama, tetapisama sekali tidak saling mengenal. Kedua sarjana tersebut adalah Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sanders Pierce (1839-1914). Saussure adalah ahli bahasa, sedangkan Pierce adalah ahli filsafat dan logika, tetapi disamping itu ia juga menekuni bidang ilmu kealaman, psikologi,astronomi, dan agama. Saussure menggunakan istilah semiologi (sebagai mzhab Eropah Kontinental), sedangkan Pierce menggunakan istilah semiotika (sebagai mazhab Amerika, mazhab Anglo Sakson). Dalam perkembangan berikut, istilah semiotikalah yang lebih popular.<br /><br />SEMIOTIKA<br />Semiotika tidak hanya diterapkan dalam karya seni, tetapi dalam semua bidang kehidupan praktis sehari-hari, juga dalam mode show atau reklame, seperti tata busana, tata hidangan, perabot rumah tangga, asesori, seperti model, dan sebagainya.(Nyoman Kutha Ratna, 2007: 97-101)<br />Semiotikus kontemporer yang cukup berwibawa adalah Umberto Eco, lahir di Italia tahun 1932. pada dasarnya Eco menjadi terkenal melalui dua novelnya yang mempermasalahkan masa lampau yang berjudul The Name of The Rose dan Foucault Pendulum. Menurut Eco (1979:7) semiotika berhubungan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda. Sebuah tanda adalah segala sesuatu yang secara signifikan dapat menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tidak harus eksis atau hadir secara aktual. Jadi, semiotika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berbohong. Batu, sebagai semata-mata batubukanlah tanda, melainkan benda, material, tetapi apabila batu tersebut dimanfaatkan untuk mewakili sesuatu yang lain, misalnya, sebagai jimat, maka batu tersebut sudah berubah menjadi tanda.<br />Dengan adanya tanda-tanda sebagai ciri khas yang meliputi seluruh kehidupan manusia, dari komunikasi yang paling alamiah hingga sistem budaya yang paling kompleks, maka bidang penerapan semiotika pada dasarnya tidak terbatas. Eco menyebutkan beberapa bidang penerapan yang dianggap relevan, di antaranya:<br />semiotika hewan, masyarakat nonhuman,<br />semiotika penciuman,<br />semiotika komunikasi dengan perasa,<br />semiotika pencicipan, dalam masakan,<br />semiotika paralinguistik, suprasegmental,<br />semiotika medis, termasuk psikiatri,<br />semiotika kinesik, gerakan,<br />semiotika musik,<br />semitika bahasa formal: morse, aljabar,<br />semiotika bahasa tertulis: alfabet kuno,<br />semiotika bahasa alamiah,<br />semiotika komunikasi visual,<br />semiotika benda-benda,<br />semiotika struktur cerita,<br />semiotika kode-kode budaya,<br />semiotika estetika dan pesan,<br />semiotika komunikasi massa,<br />semiotika teks.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-86460473188544512982011-12-18T04:43:37.485-08:002011-12-18T04:43:37.485-08:00Nama :Dany Kristian Agustinus NIM: 2611411021
TEO...Nama :Dany Kristian Agustinus NIM: 2611411021<br /><br />TEORI EKSPRESI DAN INTUISI<br /> Periode post modern Hans Robert Jauss<br /><br /> Teori ekspresi adalah pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai sesuatu peristiwa yang bersifat menyatakan atau menjelaskan, misalnya suara, senyum, pandangan, isyarat, harapan dan kekecewaan. Sedangkan Intuisi adalah bisikan hati, gerak hati, daya batin untuk mengerti atau mengetahui sesuatu tidak dengan berpikir atau belajarEkspresi dan intuisi.(Hans Robert Jauss)<br /> Hans Robert Jauss (horison harapan).Jauss menitikberatkan perhatiannya kepada bagaimana karya sastra diterima pada suatu masa tertentu berdasarkan horison penerimaan tertentu atau berdasarkan horison yang diharapkan. Karya sastra dapat hidup jika pembaca berpartisipasi dan dengan partisipasi pembaca itu, konteks sejarah terciptanya karya sastra bukan merupakan sesuatu yang faktual, tetapi hanya merupakan rangkaian peristiwa yang berdiri sendiri yang ujudnya terpisah dari embaca. Karya yang telah dipahami pembaca menjadi modal bagi resepsi. Proses resepsi menjadi perluasan semiotik yang timbul dalam<br />pengembangan dan perbaikan suatu sistem. Horison penerimaan mungkin<br />berubah (bahkan berkali-kali).<br /> Selanjutnya Jauss menyatakan bahwa pendekatannya bersifat parsial, tidak menyeluruh karena hanya melakukan hubungan hari ini dengan "virtue" sejarah. Resepsi hanya berklaitan dengan saat karya itu dibaca sehingga terdapat konvergensi antara teks dan resepsi yang berupa dialog antara subjek hari ini dengan subjek masa lampau. Tradisi berperan penting dalam hal ini. Tradisi yang dimaksud adalah wawasan yang mendasari resepsi yang dilakukan pada saat tertentu.Jika resepsi Jauss mementingkan sejarah pada suatu saat tertentu, maka Resepsi Iser bertitik tolak pada kesan(sebenarnya pada tahap akhir teori Jauss juga disebut-sebut tentang kesan). Iser mempermasalahkan konkretisasi karya sastra, yakni reaksi pembaca terhadap teks yang diresepsi. Dalam resepsi Iser, terdapat dinamika pembaca. Ia akan memilih satu di antara berbagai kemungkinan realisasi, sehingga tugas kritikus dalam pandangan Iser bukan menerangkan teks sebagai objek, tetapi menerapkan efeknya kepada pembaca. Kodrat teks itulah yang mengizinkan beraneka ragam kemungkinan pembacaan, sehingga lahir pembaca implisit(pembaca yang diciptakan sendiri oleh teks dirinya dan menjadi jaringan kerja struktur yang mengundang jawaban, yang mempengaruhi kita untuk membaca dalam cara tertentu) dan pembaca nyata (yang menerima citra mental tertentu dalam proses pembacaan yang diwarnai oleh persediaan pengalaman yang ada). Dalam resepsi Iser, ada hubungan teks dan pembaca. Hubungan itu melalui tiga langkah, yakni 1. sketsa tentang suatu teks yang membedakan dengan teks-teks sebelumnya; 2. pengenalan dan analisis terhadap kesan dasar teks; dan 3. mencari kemungkinan yang ada tentang makna karya satra. Karya sastra selanjutnya memberi kesan kepada pembaca, sehingga teori Resepsi sastra Jauss dan Iser tampaknya mendapat pengaruh Hermeunetika dari Schleiermacher dan Gadamer.<br /> Jika Jauss dan Iser berperan dalam resepsi sastra yang memberi kesan kepada pembaca, Edmund Husserl, seorang ahli filsafat modern terkenal dengan teori Fenomenologi-nya dalam kaitan antara karya sastra dengan pembacanya. Teori fenomenologi menuntut untuk menunjukkan kepada kita alam yang mengarisbawahi, baik kesadaran manusia maupun kesadaran fenomena.Teori ini adalah usaha untuk menghidupkan ide(setelah zaman Romantik) bahwa pikiran manusia individual adalah pusat dan asal semua arti. Teori ini tidak mendorong keterlibatan subjektif secara murni untuk struktur mental kritikus karena menggunakan berbagai lapis norma karya, tetapi tipe kritik sastra yang mencoba masuk ke dalam dunia karya seorang penulis dan sampai pada suatu pengertian tentang alam dasar atau intisari tulisan sebagaimanatampak dalam kesadaran kritikus.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-65504170652913284792011-12-18T04:34:13.223-08:002011-12-18T04:34:13.223-08:00Litterariness dalam bahasa latin yang berarti meng...Litterariness dalam bahasa latin yang berarti mengenai sastra. Sastra adalah teks-teks yang tidak melulu disusun/dipakai untuk suatu tujuan komunikatif yang praktis dan berlangsung untuk sementara waktu. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. sastra merupakan suatu luapan emosi yang spontan. Sastra bersifat otonom, tidak mengacu kepada sesuatu yang lain, sastra tidak bersifat komunikatif. Karya sastra yang otonom bercirikan suatu koherensi, karena sastra menghidangkan sebuah sintesa antara hal-hal yang saling berkaitan, dan sastra mengungkapkan yang tak terungkap misalnya makna puisi itu sulit dipahami secara sekilas.<br /><br />Horison Harapan yaitu penafsiran masing-masing pembaca, dalam hal ini pembaca diminta menyelesaikan sendiri ending ceritanya.<br />Dekonstruksi berarti penelitian mengenai intertekstualitas, mencari bekas-bekas teks-teks lain. seorang kritikus yang mengikuti paham dekonstruksi menguraikan struktur-struktur retorik yang dipakai mencari pengaruh-pengaruh dari teks-teks yang dulu pernah ada, meneliti etimologi kata-kata yang dipergunakan lalu berusaha agar dari teks yang sudah ada dibongkar itu disusun menjadi sebuah teks baru. Yang menjadi sasaran dekonstruksi adalah memperlihatkan sejauhmana seorang pengarang mempergunakan pola-pola bahasa dan pemikiran guna memberi bentuk kepada suatu visi tertentu. Tugas terpenting seorang dekonstruksi adalah terus-menerus melacak kembali bekas-bekas lain itu. Aliran dekonstruksi mengatakan bahwa mereka didukung oleh suatu filsafat tertentu serta sebuah pandangan mengenai bahasa.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />http://estetikajawa.blogspot.com ( diunduh tanggal 17 pukul 23.24 WIB.<br />Yuswadi, Saliya. 1999 ; Sejarah Estetika; Balai Pustaka, Yogyakarta.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-40426858535052694962011-12-18T04:33:25.654-08:002011-12-18T04:33:25.654-08:00Semiotika menurut Pierce adalah suatu tindakan (ac...Semiotika menurut Pierce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence), atau kerja sama 3 subjek yaitu tanda, objek dan interpretasi. tanda adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal/kapasitas. Tanda dapat berarti sesuatu bagi seseorang jika hubungan yang berarti ini diperantarai oleh interpretasi. jadi esensi tanda menurut Pierce adalah kemampuan "mewakili" dalam beberapa hal/kapasitas tertentu. Semoitika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya:cara berfungsinya, hubungannya, dengan tanda-tanda lain., pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakan.<br /><br />Petanda & Penanda<br />Petanda (signifie) adalah unsur konseptual, gagasan,atau makna yang terkandung dalam penanda tersebut.Sedangkan Penanda (signifient) adalah berupa bunyi-bunyi ujaran/huruf-huruf tulisan. Misalnya bunyi 'buku', bunyi atau tulisan buku itulah yang disebut penanda, sedangkan sesuatu yang diacu itulah petanda. dalam teori Saussure, walau keduanya dapat disebut sebagai dwitunggal hubungan antara penanda dengan petanda bersifat arbiter artinya hubungan antara wujud formal bahasa dengan konsep/acuannya, bersifat "semaunya" berdasarkan kesepakatan sosial. antara keduanya tidak bersifat identik bahwa bunyi 'buku' itu mengacu pada benda itu, hal itu terjadi karena masyarakat pemakai tanda (bahasa) itu menyepakatinya. kenyataan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda yang paling lengkap dan sempurna. tanda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota badan, mata, bentuk tulisan, warna, karya seni, dll.<br /><br />Ikon merupakan simbol yang mempunyai arti pada objek yang ditandainya. selain itu, ikon adalah tanda gambar dari wujud yang dapat diwakili.Dapat dikatakan ikon jika ia berupa hubungan kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya sesuatu yang lain seperti ada asap ada api. indeks merupakan sesuatu yang menyebabkan sutu peristiwa yang berkaitan. Disebut indeks jika ia berupa hubungan kedekatan eksistensi. SIMBOL adalah segala sesuatu yang melambangkan adanya sesuai benda yang digunakan identitas sendiri. Disebut simbol jika ia berupa hubungan sudah terbentuk secara konvensi.<br /><br />Meaning dan significance (signifikasi) merupakan proses kebudayaan sebagai proses komunikasi, jadi sistem signifikasi yang mendasarinya sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman. Kode adalah sistem signifikasi yang merangkaikan kenyataan yang ada dengan unit-unit yang tidak ada. Jika sesuatu yang benar-benar tersaji pada persepsi orang yang dituju mewakili sesuatu yang lain, itu berarti ada signifikasi. Sistem signifikasi adalah konstruk semiotika yang otonom, yang mempunyai model eksistensi abstrak, bebas dari kemungkinan tindak komunikatif yang dimungkinkannya.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-21149640656814933142011-12-18T04:31:37.669-08:002011-12-18T04:31:37.669-08:00Animal Symbolicum (simbol-simbol pada binatang).
m...Animal Symbolicum (simbol-simbol pada binatang).<br />merupakan segala sesuatu yang melambangkan adanya suatu tanda/lambang pada binatang yang terbentuk atas dasar konvensi sebagai identitas diri.<br />Manusia Sebagai Animal Symbolicum<br />Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh Ernst Cassirer sebagaimana termaktub didalam bukunya yang cukup monumental, yakni “An Essay on Man”. Pendekatan simbolis ini pada dasarnya juga bersandar pada perspektif biologis. Cassirer sendiri sebagaimana diungkapkan didalam bukunya tersebut mengatakan sangat terpengaruh oleh teori biologis Von Uexkull, seorang biolog Jerman, yang berpandangan bahwa pada dasarnya organisme biologis manapun tidak dapat dilepaskan ekosistem yang melingkupinya. Ekosistem ini sangat bersifat khusus dan tepat bagi organisme yang bersangkutan. Setiap organisme mempunyai pengalamannya sendiri dan karena itu memiliki dunianya sendiri.<br />Gejala-gejala yang kita lihat dalam spesies biologis tertentu tidak dapat diterapkan kepada spesies-spesies lainnya. Pengalaman-pengalaman –dan karena itu juga realitas- dari dua organisme yang berlainan tidak dapat dibanding-bandingkan satu sama lain. Dengan kata lain antara struktur biologis suatu organisme dengan lingkungan yang dihadapinya sangatlah sesuai dan tepat.<br />Berangkat dari perspektif biologis gaya Von Uexkull inilah Ernst Cassirer meneliti pola kehidupan yang secara khas manusiawi. Menurut Cassirer, dunia manusiawi meskipun mengikuti hukum-hukum biologis sebagaimana semua kehidupan organisme lainnya. Namun ia memiliki karakteristik baru yang menandai ciri khas manusia. Lingkaran fungsi-onal manusia tidak hanya berkembang secara kuatitatif, tetapi juga mengalami perubahan-perubahan kualitatif. Manusia telah menemukan cara baru untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Diantara sistem reseptor dan sistem efektor yang terdapat pada semua spesies binatang, pada manusia terdapat mata rantai yang mungkin dapat kita sebut sebagai sistem simbolis.<br /><br /><br />Dengan pencapaian baru ini, maka kehidupan manusia segera mengalami perubahan yang sangat fundamental sekali. Manusia benar-benar hidup dalam dimensi realitas yang baru. Manusia tidak lagi hanya sekedar merespon lingkungannya secara instingtual dan langsung, tetapi secara intelektif mampu mengendalikan refleks biologis menjadi respons-respons interpretatif dan bahkan manipulatif. Dengan cara ini manusia tidak semata-mata hidup dalam dunia fisik semata-mata, tetapi ia hidup juga dalam suatu dunia simbolis.<br /><br />Pemikiran simbolis dan tingkah laku simbolis merupakan ciri khas yang betul-betul khas manusiawi dan seluruh kemajuan kebudayaan manusia mendasarkan diri pada kondisi-kondisi itu. Dari sinilah manusia menyusun realitas kebudayaannya yang secara umum merupakan hasil dari proses simbolisasi dalam hidup dan kehidupannya. Oleh karenanya apabila kita ingin mengetahui realitas terdalam dari hidup dan kehidupan manusia hendaknya kita telurusi dari kemampuan simbolisnya ini. Dari dasar pandangan ini Ernst Cassirer kemudian merumuskan definisi baru terhadap hakekat manusia yakni, Animal Symbolicum (hewan yang bersimbol). Menurutnya, definisinya tersebut bukan bermaksud untuk menggantikan definisi yang telah klasik, yakni animal rationale (hewan yang berakal).<br /><br />Tetapi dengan definisi tersebut ia berusaha untuk mengoreksi dan memperluas dimensi pengertian yang dikandungnya. Rasionalitas memang sifat yang melekat pada seluruh aktifitas manusia, tetapi definisi ini banyak menyimpan kesulitan-kesulitan tersendiri terutama dalam kaitannya dengan fakta-fakta kebudayaan manusia. Fakta-fakta kehidupan manusia manusia terutama sekali kebudayaannya tidaklah semata-mata bersifat rasional, tetapi kadangkala bersifat irrasional dan emosional.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-67229152667932298962011-12-18T04:29:53.261-08:002011-12-18T04:29:53.261-08:00TIA MUKTI FATKHUR ROKHMAH (2611411019 )
PERKEMBAN...TIA MUKTI FATKHUR ROKHMAH (2611411019 )<br /><br />PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ESTETIKA PADA PERIODE POSTMODERNISME MENURUT GAGASAN JACOBSON<br /><br />seperti halnya yang terjadi pada kemunculan aliran kritisme yang mengkritik faham/aliran sebelumnya yakni klasik dogmatisme, aliran postmodernisme ini juga muncul sebagai upaya dari sebuah pergerakan pemikiran para tokoh pemikir untuk mengkritik pandangan atau pemikiran modernisme. hal ini karena dalam banyak hal, selain memperlihatkan segi-segi positif, modernisme sebagai faham yang berkembang begitu luas dalam berbagai bidang kehidupan tetapi juga memperlihatkan segi-segi negatif.<br /><br />Pengertian Aliran Postmodernisme<br />Postmodernisme merupakan reaksi dan penolakan terhadap pandangan modernisme yang dianggap terlalu banyak cara. Postmodernisme menunjukkan suatu rasa yang meluas tentang merosotnya wewenang modernisme dan munculnya epistimologi baru yang dalam jangkauan khasanah kesenian dan intelektual memutuskan hubungan dan atau berlawanan dengan paradigma modernisme. Dalam faham postmodernisme, pluralitas, heterofinitas, dialog, interaksi, dan relasi dengan unsur-unsur realitas yang lain, kreativitas yang mengalir terus mendapat tempat dan lebih dihargai. Postmodernisme memberikan kebebasan kehidupan dan kreativitas untuk menemukan unsur-unsurnya sendiri atau jati dirinya. beberapa aspek sentral yang diasosiasikan dengan postmodernisme dalam seni adalah penghapusan batas antara seni dan kehidupan sehari-hari, ekologis, lebih bersentuhan dengan lingkungan alam, runtuhnya perbedaan hirarkhis antara kebudayaan populer dan kebudayaan elit, eklektisisme stilistik dan pencampuran kode atau aturan.<br /><br />Postmodernisme adalah sebuah gerakan di kebudayaan kapitalis lebih lanjut, secara khusus dalam seni, yang memberikan pemahaman baru yang berbeda atas apa-apa yang telah menjadi semacam mistifikasi atas kebenaran atau kenyataan tunggal yang dikembangkan oleh ideologi modernisme.<br /><br />Teori Ekspresi Dan Intuisi<br />Teori ekspresi adalah pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai sesuatu peristiwa yang bersifat menyatakan atau menjelaskan, misalnya suara, senyum, pandangan, isyarat, harapan dan kekecewaan. Sedangkan Intuisi adalah bisikan hati, gerak hati, daya batin untuk mengerti atau mengetahui sesuatu tidak dengan berpikir atau belajar.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-6634001361702756792011-12-18T04:28:34.142-08:002011-12-18T04:28:34.142-08:00MIMESIS
Menurut Aristoteles, seni melu...MIMESIS<br /> Menurut Aristoteles, seni melukiskan kenyataan,penampakan kenyataan dan ide-ide tidak lepas dari yang satu dengan yang lainnya.Dalam setiap objek yang diamati didalam kenyataan terkandung idenya dan tidak dapat dilepaskan dari objeknya.<br />Bagi Aristoteles, mimesis tidak semata-mata menjiplak kenyataan,melainkan merupakan sabuah proses kreatif penyair,sambil bertitik pangkal pada kenyataan,menciptakan sesuatu yang baru.Dengan bermimesis,penyair menciptakan kembali kenyataan.<br />Aristoteles menilai sastra lebih tinggi dari pada penulisan sejarah. Dalam sejarah ditampilkan sebuah peristiwa yang hanya satu kali terjadi,sebuah fakta,tetapi dalam sastra lewat sebuah peristiwa konkret dibeberkan suatu pemandangan yang umum dan luas.<br />Berbagai teori mimesis itu mempunyai satu unsur yang sama,perhatian diarahkan kepada hubungan antara gambar dan apa yang diganbarkan,tolok ukur estetik pertama ialah sejauh mana gambar itu sesuai dengan kenyataan. Apakah kenyataan itu merupakan dunia ide, dunia universal atau dunia yang khas,itu tidak begitu penting. maka Aristoteles berpendapat bahwa keindahan objek dicapai melalui keserasian bentuk yang setinggi-tingginya. Menurut Aristoteles,karya seni dinilai lebih indah dibandingkan dengan alam, meskipun dapat pula alam lebih tinggi daripada karya seni. Mimesis atau peniruan alam dipandang Aristoteles sebagai tragedi. Menurutnya, ciri seni bukanlah semata meniru akan tetapi lebih kepada membedah alam dan mengupas esensinya. Oleh sebab itu, menurut Aristoteles bahwa karya seni dibuat untuk memperbaiki sesuatu yang buruk. Tidak hanya sebagai "imitasi" alam belaka.Keindahan pada karya seni itu dapat diperoleh melalui simbol-simbol keindahan yang dijumpai pada berbagai benda dan karya sastra yang indah maupun bangunan yang mempesona.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-40918155555298557642011-12-18T04:25:23.407-08:002011-12-18T04:25:23.407-08:00KHATARSIS
Aristoteles mempertimbangkan kesenian pu...KHATARSIS<br />Aristoteles mempertimbangkan kesenian puisi menjadi tiga jenis: tragedi, komedi dan epos. Tragedi menceritakan kehidupan kaum bangsawan. Komedi menceritakan tentang kehidupan orang jelata. Epos menceritakan tentang dewa-dewa.<br />Dalam seni puisi yang dinikmati keindahannya oleh manusia, Aristoteles menerangkan bahwa ada tiga unsur yang terlibat :<br />a.Obyek kesenian yaitu sasaran atau tujuan dan permasalahan yang ditampilkan kepada pendengar dan penonton.<br />b.Media kesenian merupakan alat penghubung yang digunakan seniman untuk menciptakan hubungan dengan sang penonton atau pendengar, seperti suaranya, bahasanya, mimiknya, nada, ritme, irama.<br />c.Penampilan kesenian yaitu cara menyampaikan puisi tsb, misalnya: menceritakan saja (naratif), secara sajak (deklamasi), percakapan (dialog).<br />Aristoteles menegaskan bahwa tujuan dari semua kesenian adalah baik: sambil menikmati keindahan seni yang disajikan, penonton membayangkan apa yang bisa terjadi pada dirinya sendiri. Dengan ikut merasakannya, mereka mengalami pembebasan. Pembebasan dari kesulitan dan ketegangan jiwa yang sedang menekan manusia dinamakan Katharsis. Biasa juga diartikan sebagai puncak dan tujuan karya seni drama dalam bentuk tragedi Disamping menikmati keindahan dalam menyaksikan kesenian, manusia mengalami katarsis itu sebagai pembersih jiwa dirinya, yang mempunyai efek pengobatan rohaniah.<br />Selama 2000 tahun lebih pandangan Aristoteles tentang Katharsis sangat mempengaruhi filsafat tentang karya seni, bahkan teori drama. Katharsis diharapakan terjadi dalam diri penonton kemudian dibawanya pulang sebagai pemahaman yang lebih mendalam tentang manusia, sebagai pembebasan batin juga dari segala pengalaman penderitaan.<br />ALUR DRAMATIK<br />Dalam cerita konvensional, struktur dramatik yang dipergunakan adalah struktur dramatik Aristoteles. Bagian-bagian dari struktur tersebut adalah: (Sumardjo dan Saini, 1986: 142-143)<br />Eksposisi<br />Eksposisi adalah bagian awal atau pembukaan dari suatu karya sastra drama. Bagian ini memberikan penjelasan atau keterangan mengenai berbagai hal yang diperlukan untuk dapat memahami peristiwa berikutnya dalam cerita, seperti tokoh cerita, masalah, tempat dan waktu, dan sebagainya.<br />Komplikasi<br />Bagian ini sering disebut juga penggawatan. Komplikasi merupakan lanjutan dari eksposisi dan peningkatan daripadanya. Dalam bagian ini salah seorang tokoh cerita mulai mengambil prakarsa untuk mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi hasil dari prakarsa itu tidak pasti sehingga timbullah kegawatan.<br /><br />Klimaks<br />Komplikasi kemudian disusul klimaks. Dalam bagian ini pihak-pihak yang berlawanan, berhadapan untuk melakukan perhitungan terakhir yang menentukan nasib tokoh dalam cerita.<br />Resolusi<br />Dalam resolusi semua masalah yang ditimbulkan oleh prakarsa tokoh terpecahkan.<br />Konklusi<br />Dalam bagian ini nasib tokoh cerita sudah pasti. Konklusi merupakan akhir cerita.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-7026865712226431672011-12-18T04:24:39.234-08:002011-12-18T04:24:39.234-08:00Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-49685020194028213672011-12-18T04:22:04.215-08:002011-12-18T04:22:04.215-08:00Kusuma Ayu Purwati 2611411003
Gagasan yang dapat d...Kusuma Ayu Purwati 2611411003<br />Gagasan yang dapat dikembangkan dalam periode klasik menurut Aristoteles :<br />APRIORI<br />Menurut kant pikiran kita sebagai subyek memang tidak menciptakan objek pada dirinya, tetapi objek sebgaimana kita ketahui, distrukturkan secara apriori oleh pikian kita. Semua unsur formal atau struktural dalam objek yang diketahui, datang dari struktur pikiran. Sedangkan semua unsur material merupakan sesuatu yang pada dirinya tak dapat diketahui. Unsur-unsur formal yang secara apriori berasal dari struktur pikiran, merupakan suatu syarat yang bersifat niscaya bagi dimungkinkannya pengalaman kognitif. Dengan demikian, struktur apriori itu sendiri tidak pernah dialami syarat-syarat bagi dimungkinkannya konsep yang dapat diprediksikan pada benda atau objek fisik. Dalam arti ini kategori kant mirip dengan kategori yang dirumuskan Aristoteles. Bedanya adalah bahwa 10 kategori yang dirumuskan Aristoteles adalah klasifikasi jenis predikat. Kant menghadapi masalah bagaimana konsep itu terbentuk dan diterapkan pada objek pemikiran. Ia tidak mempunyai teori abstraksi sebagaimana Aristoteles. Penting bagi penjelasan kant tentang syarat-syarat apriori bagi dimungkinkannya pengetahuan manusia adalah skematisasi kategori. Kant berfikir bahwa harus ada sesuatu yang menghubungkan antara intuisi indrawi dan pengertian. Ketika kita membuat putusan, misalnya dalam bentuk S adalah P, subjeknya adalah sesuatu yang partikular yang secara indrawi diintuisikan dibawah bentuk apriori ruang dan waktu, sementara predikatnya adalah suatu konsep umum yang mengungkapkan pengertian kita tentang apa yang diintuisikan, dan konsep itu dimungkinkan oleh adanya kategori yang bersifat apriori. Agar supaya kategori itu menghasilakan konsep yang dapat diterapkan pada objek spasio-temporal, maka konsep itu entah bagaimana haruslah terhubung dengan ruang dan waktu. Hubungaan ini disebut skematisasi dan menurut kant terjadi berkat imajinasi. Apa persis ini artinya dan apakah secara internal pengertian ini koheren denagn pemikiran kant yang lain, merupakan butir perdebatan yang belum selesai diantara para sarjana pengkajian pemikiran kant. Untungnya kita tidak perlu terjebak dalam perdebatan tersebut. Butir gagasan yang penting untuk kita ingat, kerena kant tidak dapat mengabstraksikan konsep dari objek-objek fisik padahal perlu mengatribusikan ciri-ciri umum pada objek-objek tersebut dalam memikirkan mereka, ia harus menemukan suatu jalan bagaimana membawa ciri-ciri umum itu kedalam ruang dan waktu. Dalam arti tertentu Kant menghadapi maalah sebaliknya dari apa yang dihadapi Aristoteles. Kalau Aristoteles harus menemukan jalan bagaimana akal budi melepaskan kondisi-kondisi material dari konsep-konsep, Kant harus menemukan jalan bagaimana menghubungkan konsep-konsep dengan kondisi-kondisi material.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-7426962444277171962011-11-28T20:45:42.845-08:002011-11-28T20:45:42.845-08:00ANIMAL SYMBOLICUM (simbol-simbol pada binatang)
me...ANIMAL SYMBOLICUM (simbol-simbol pada binatang)<br />merupakan segala sesuatu yang melambangkan adanya suatu tanda/lambang pada binatang yang terbentuk atas dasar konvensi sebagai identitas diri.<br />(dari kata Yunani: semeion yang berarti tanda) adalah ilmu yang meneliti tanda-tanda, sistem-sistem tanda, dan proses suatu tanda diartikan (Hartoko, 1986: 131). Dengan kata lain, ilmu yang mempelajari berbagai objek, peristiwa, atau seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco, 1979: 6). Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang bersifat representatif, mewakili sesuatu yang lain berdasarkan konvesi tertentu. Konvensi yang memungkinkan suatu objek, peristiwa, atau gejala kebudayaan menjadi tanda itu disebut juga tanda sosial. (Yosep Yapi Yaum, 1997: 40)<br /><br />Meskipun kajian mengenai tanda dilakukan sepanjang abad, tetapi pengkajian secara benar-benar ilmiah baru dilakukan awalabad ke-20, yang dilakukan oleh dua orang ahli yang hidup pada zaman yang sama, dengan konsep dan paradigma yang hampir sama, tetapisama sekali tidak saling mengenal. Kedua sarjana tersebut adalah Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sanders Pierce (1839-1914). Saussure adalah ahli bahasa, sedangkan Pierce adalah ahli filsafat dan logika, tetapi disamping itu ia juga menekuni bidang ilmu kealaman, psikologi,astronomi, dan agama. Saussure menggunakan istilah semiologi (sebagai mzhab Eropah Kontinental), sedangkan Pierce menggunakan istilah semiotika (sebagai mazhab Amerika, mazhab Anglo Sakson). Dalam perkembangan berikut, istilah semiotikalah yang lebih popular.<br /><br />SEMIOTIKA<br />Semiotika tidak hanya diterapkan dalam karya seni, tetapi dalam semua bidang kehidupan praktis sehari-hari, juga dalam mode show atau reklame, seperti tata busana, tata hidangan, perabot rumah tangga, asesori, seperti model, dan sebagainya.(Nyoman Kutha Ratna, 2007: 97-101)<br />Semiotikus kontemporer yang cukup berwibawa adalah Umberto Eco, lahir di Italia tahun 1932. pada dasarnya Eco menjadi terkenal melalui dua novelnya yang mempermasalahkan masa lampau yang berjudul The Name of The Rose dan Foucault Pendulum. Menurut Eco (1979:7) semiotika berhubungan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda. Sebuah tanda adalah segala sesuatu yang secara signifikan dapat menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tidak harus eksis atau hadir secara aktual. Jadi, semiotika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berbohong. Batu, sebagai semata-mata batubukanlah tanda, melainkan benda, material, tetapi apabila batu tersebut dimanfaatkan untuk mewakili sesuatu yang lain, misalnya, sebagai jimat, maka batu tersebut sudah berubah menjadi tanda.<br />Dengan adanya tanda-tanda sebagai ciri khas yang meliputi seluruh kehidupan manusia, dari komunikasi yang paling alamiah hingga sistem budaya yang paling kompleks, maka bidang penerapan semiotika pada dasarnya tidak terbatas. Eco menyebutkan beberapa bidang penerapan yang dianggap relevan, di antaranya:<br />semiotika hewan, masyarakat nonhuman,<br />semiotika penciuman,<br />semiotika komunikasi dengan perasa,<br />semiotika pencicipan, dalam masakan,<br />semiotika paralinguistik, suprasegmental,<br />semiotika medis, termasuk psikiatri,<br />semiotika kinesik, gerakan,<br />semiotika musik,<br />semitika bahasa formal: morse, aljabar,<br />semiotika bahasa tertulis: alfabet kuno,<br />semiotika bahasa alamiah,<br />semiotika komunikasi visual,<br />semiotika benda-benda,<br />semiotika struktur cerita,<br />semiotika kode-kode budaya,<br />semiotika estetika dan pesan,<br />semiotika komunikasi massa,<br />semiotika teks.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-40560112922037700062011-11-28T20:44:33.890-08:002011-11-28T20:44:33.890-08:00Nama : Dany kristian agustinus
NIM :2611411021
...Nama : Dany kristian agustinus<br />NIM :2611411021<br /><br /><br /><br />TEORI EKSPRESI DAN INTUISI <br /> Periode post modern Hans Robert Jauss<br /><br /> Teori ekspresi adalah pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai sesuatu peristiwa yang bersifat menyatakan atau menjelaskan, misalnya suara, senyum, pandangan, isyarat, harapan dan kekecewaan. Sedangkan Intuisi adalah bisikan hati, gerak hati, daya batin untuk mengerti atau mengetahui sesuatu tidak dengan berpikir atau belajarEkspresi dan intuisi.(Hans Robert Jauss)<br /> Hans Robert Jauss (horison harapan).Jauss menitikberatkan perhatiannya kepada bagaimana karya sastra diterima pada suatu masa tertentu berdasarkan horison penerimaan tertentu atau berdasarkan horison yang diharapkan. Karya sastra dapat hidup jika pembaca berpartisipasi dan dengan partisipasi pembaca itu, konteks sejarah terciptanya karya sastra bukan merupakan sesuatu yang faktual, tetapi hanya merupakan rangkaian peristiwa yang berdiri sendiri yang ujudnya terpisah dari embaca. Karya yang telah dipahami pembaca menjadi modal bagi resepsi. Proses resepsi menjadi perluasan semiotik yang timbul dalam<br />pengembangan dan perbaikan suatu sistem. Horison penerimaan mungkin<br />berubah (bahkan berkali-kali).<br /> Selanjutnya Jauss menyatakan bahwa pendekatannya bersifat parsial, tidak menyeluruh karena hanya melakukan hubungan hari ini dengan "virtue" sejarah. Resepsi hanya berklaitan dengan saat karya itu dibaca sehingga terdapat konvergensi antara teks dan resepsi yang berupa dialog antara subjek hari ini dengan subjek masa lampau. Tradisi berperan penting dalam hal ini. Tradisi yang dimaksud adalah wawasan yang mendasari resepsi yang dilakukan pada saat tertentu.Jika resepsi Jauss mementingkan sejarah pada suatu saat tertentu, maka Resepsi Iser bertitik tolak pada kesan(sebenarnya pada tahap akhir teori Jauss juga disebut-sebut tentang kesan). Iser mempermasalahkan konkretisasi karya sastra, yakni reaksi pembaca terhadap teks yang diresepsi. Dalam resepsi Iser, terdapat dinamika pembaca. Ia akan memilih satu di antara berbagai kemungkinan realisasi, sehingga tugas kritikus dalam pandangan Iser bukan menerangkan teks sebagai objek, tetapi menerapkan efeknya kepada pembaca. Kodrat teks itulah yang mengizinkan beraneka ragam kemungkinan pembacaan, sehingga lahir pembaca implisit(pembaca yang diciptakan sendiri oleh teks dirinya dan menjadi jaringan kerja struktur yang mengundang jawaban, yang mempengaruhi kita untuk membaca dalam cara tertentu) dan pembaca nyata (yang menerima citra mental tertentu dalam proses pembacaan yang diwarnai oleh persediaan pengalaman yang ada). Dalam resepsi Iser, ada hubungan teks dan pembaca. Hubungan itu melalui tiga langkah, yakni 1. sketsa tentang suatu teks yang membedakan dengan teks-teks sebelumnya; 2. pengenalan dan analisis terhadap kesan dasar teks; dan 3. mencari kemungkinan yang ada tentang makna karya satra. Karya sastra selanjutnya memberi kesan kepada pembaca, sehingga teori Resepsi sastra Jauss dan Iser tampaknya mendapat pengaruh Hermeunetika dari Schleiermacher dan Gadamer.<br /> Jika Jauss dan Iser berperan dalam resepsi sastra yang memberi kesan kepada pembaca, Edmund Husserl, seorang ahli filsafat modern terkenal dengan teori Fenomenologi-nya dalam kaitan antara karya sastra dengan pembacanya. Teori fenomenologi menuntut untuk menunjukkan kepada kita alam yang mengarisbawahi, baik kesadaran manusia maupun kesadaran fenomena.Teori ini adalah usaha untuk menghidupkan ide(setelah zaman Romantik) bahwa pikiran manusia individual adalah pusat dan asal semua arti. Teori ini tidak mendorong keterlibatan subjektif secara murni untuk struktur mental kritikus karena menggunakan berbagai lapis norma karya, tetapi tipe kritik sastra yang mencoba masuk ke dalam dunia karya seorang penulis dan sampai pada suatu pengertian tentang alam dasar atau intisari tulisan sebagaimanatampak dalam kesadaran kritikus.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-7090477379965917632011-11-28T02:17:44.919-08:002011-11-28T02:17:44.919-08:00FARAH NUR AFINI
NIM.2611411018
LANJUTAN
Postmoder...FARAH NUR AFINI <br />NIM.2611411018<br />LANJUTAN<br />Postmodernisme tidak hanya berada di bidang arsitektur tetapi meliputi segala bidang kehidupan seperti sosial, politik, dan budaya. Postmodernisme muncul karena budaya modern menghadapi suatu kegagalan dalam strategi visualisasinya. Kegagalan modernisasi bukan terletak pada tekstualitasnya tetapi pada strategi visualisasinya yang seragam dan membosankan. Jika sebelumnya budaya ‘barat’ didominasi oleh budaya verbal maka kini budaya visual menggantikannya. Program aplikasi komputer yang sebelumnya banyak menggunakan bahasa verbal dan sulit dihafal, kini bahasa gambar atau ikon banyak digunakan sebagai pengganti bahasa tersebut dan ternyata mudah dipahami. Kelemahan dalam postmodernisme ialah mencampurkan gramatika dan tata bahasa visual yang tidak proporsional, contoh yang paling kentara adalah suguhan acara media tayang televisi yang menawarkan berbagai hal tanpa mencermati subjek, hierarki sosial ataupun budaya masyarakat, terlihat pada tayangan iklan rokok dilihat oleh anak-anak ataupun peristiwa serius dapat menjadi dagelan konyol ketoprak humor.<br />Charles Sanders Peirce (ejaan Inggris: [ˈpɜrs] purse[1]) (September 10, 1839 – April 19, 1914) adalah seorang filsuf, ahli logika, semiotika, matematika, dan ilmuwan Amerika Serikat, yang lahir di Cambridge, Massachusetts. Ia dikenal sebagai perintis ilmu semiotika (tanda) yang dalam bahasa Yunani disebut “semeion”.<br />Peirce dididik sebagai seorang kimiawan dan bekerja sebagai ilmuwan selama 30 tahun. Tapi, sebagian besar sumbangan pemikirannya berada di ranah logika, matematika, filsafat, dan semiotika (atau semiologi) dan penemuannya soal pragmatisme yang dihormati hingga kini.<br />Peirce melangkah lebih jauh daripada Saussure dengan latar belakang sebagai ahli filsafat, ia dapat melihat dunia di luar struktur sebagai struktur bermakna. Berbeda dengan Saussure dengan konsep diadik, Peirce menawarkan konsep triadik sehingga terjadi jeda antara oposisi biner. Pierce jugalah yang mengembangkan teori umum tanda-tanda, sebaliknya Saussure lebih banyak terlibat dalam teori linguistik umum.<br />Pada dasarnya Peirce tidak banyak mempermasalahkan estetika dalam tulisan-tulisannya. Akan tetapi teori-teorinya mengenai semiotika/tanda menjadi dasar pembicaran estetika generasi berikutnya. Menurutnya makna semiotika/tanda yang sesungguhnya adalah mengemukakan sesuatu. Tanda harus diinterpretasikan agar dari tanda yang orisinil berkembang tanda-tanda yang baru. Tanda selalu terikat dengan sistem budaya, tanda-tanda tidak bersifat konvensional, dipahami menurut perjanjian, tidak ada tanda yang bebas konteks. Tanda/semiotika selalu bersifat plural, tanda-tanda hanya berfungsi kaitannya denga tanda lain. Tanda merah dalam lampu lalu lintas, selain dinyatakan melalui warna merah, juga ditempatkan pada posisi yang paling tinggi, dua tampil secara bersamaan sebagai denotatum dan interpretant. Dalam pengertian Peirce, fungsi referensial didefinisikan melalui triadik ikon, indeks, dan simbol. Tetapi interpretasi holistik juga harus mempertimbangkan tanda sebagai perwujudan gejala umum, sebagai representamen (qualisign, sinsign, dan legisign) dan tanda-tanda baru yang terbentuk dalam batin penerima, sebagai interpretant (rheme, dicent, dan argument). Tetapi Peirce membedakan ada tiga jenis tanda, diantaranya :<br />1. Ikon<br />Ikon merupakan tanda yang menyerupai obyek/benda yang diwakilinya atau tanda yang menggunakan kesamaan ciri-ciri dengan yang dimaksudkan.<br />2. Indeks<br />Adalah tanda yang sifatnya tergantung pada keberadaan suatu denotatum atau penanda.<br />3. Simbol/Lambang<br />Adalah tanda dimana hubungan antara tandadengan denotatum atau penanda ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau kesepakatan bersama (konvensi).FARAH NUR AFINIhttps://www.blogger.com/profile/12173376105065879377noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-39871801439295688042011-11-27T08:07:45.410-08:002011-11-27T08:07:45.410-08:00FITRI FEBRIYANTI
2611411023
GAGASAN LOTMAN
PERIO...FITRI FEBRIYANTI<br />2611411023<br /><br />GAGASAN LOTMAN <br />PERIODE POSTMODERNISME<br /><br />A. TEORI EKSPRESI & INTUISI<br />Teori ekspresi adalah pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai sesuatu peristiwa yang bersifat menyatakan atau menjelaskan, misalnya suara, senyum, pandangan, isyarat, harapan dan kekecewaan. Sedangkan Intuisi adalah bisikan hati, gerak hati, daya batin untuk mengerti atau mengetahui sesuatu tidak dengan berpikir atau belajar.<br /><br />B. ANIMAL SYMBOLICUM (simbol-simbol pada binatang)<br />Merupakan segala sesuatu yang melambangkan adanya suatu tanda/lambang pada binatang yang terbentuk atas dasar konvensi sebagai identitas diri.<br /><br />C. SEMIOTIKA<br />Tokoh semiotik Rusia J.U.M. Lotman mengungkapkan bahwa … culture is constructed as a hierarchy of semantic systems (Lotman, 1971:61). <br />Pernyataan itu tidaklah berlebihan karena hirarki sistem semiotik atau sistem tanda meliputi unsur (1) sosial budaya, baik dalam konteks sosial maupun situasional, (2) manusia sebagai subjek yang berkreasi, (3) lambang sebagai dunia simbolik yang menyertai proses dan mewujudkan kebudayaan, (4) dunia pragmatik atau pemakaian, (5) wilayah makna. Orientasi kebudayaan manusia sebagai anggota suatu masyarakat bahasa salah satunya tercermin dalam sistem kebahasaan maupun sistem kode yang digunakannya. <br />Adanya kesadaran bersama terhadap sistem kebahasaan, sistem kode dan pemakaiannya, lebih lanjut juga menjadi dasar dalam komunikasi antar-anggota masyarakat bahasa itu sendiri. Dalam kegiatan komunikasinya, misalnya antara penutur dan pendengar, sadar atau tidak, pastilah dilakukan identifikasi. Identifikasi tersebut dalam hal ini tidak terbatas pada tanda kebahasaan, tetapi juga terhadap tanda berupa bunyi prosodi, kinesik, maupun konteks komunikasi itu sendiri. Dengan adanya identifikasi tersebut komunikasi itu pun menjadi sesuatu yang bermakna baik bagi penutur maupun bagi penanggapnya.Fitri Febriyantihttps://www.blogger.com/profile/13761911000646471033noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-21714701546399848202011-11-27T07:02:56.990-08:002011-11-27T07:02:56.990-08:00Pesan (message) pada paradigma ini seringkali dise...Pesan (message) pada paradigma ini seringkali disebut sebagai teks. Seluruh pesan media dalam bentuk tulisan, visual, audio, bahkan audiovisual sekalipun akan dianggap sebagai teks. Jangkauan pemaknaan akan sangat tergantung pada pengalaman budaya dari receiver, yang dalam paradigma semiotik disebut sebagai ‘pembaca’ (reader). Tradisi semiotika tidak pernah menganggap terdapatnya kegagalan pemaknaan, karena setiap ‘pembaca’ mempunyai pengalaman budaya yang relatif berbeda, sehingga pemaknaan diserahkan kepada pembaca. <br />Pusat perhatian semiotika pada kajian komunikasi adalah menggali apa yang tersembunyi di balik bahasa. semiotika sebagai “ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial”. Pengaturan makna atas sebuah tanda dimungkinkan oleh adanya konvensi sosial di kalangan komunitas bahasa. Suatu kata mempunyai makna tertentu karena adanya kesepakatan bersama dalam komunitas bahasa.<br />Teks dan konteks menjadi dua kata yang tak terpisahkan, keduanya berkelindan membentuk makna. Konteks menjadi penting dalam interpretasi, yang keberadaannnya dapat dipilah menjadi dua, yakni intratekstualitas dan intertekstulaitas. Intratekstualitas menunjuk pada tanda-tanda lain dalam teks, sehingga produki makna bergantung pada bagaimana hubungan antartanda dalam sebuah teks.intertekstualitas menunjuk pada hubungan antarteks alias teks yang satu dengan teks yang lain.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-31281442027242491252011-11-27T07:02:28.377-08:002011-11-27T07:02:28.377-08:00Dwi Haryadi 2611411024
Perkembangan Estetika Peri...Dwi Haryadi 2611411024<br /><br />Perkembangan Estetika Periode Postmodernisme <br />Secara etimologis semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti penafsir tanda atau tanda dimana sesuatu dikenal. Semiotika ialah ilmu tentang tanda atau studi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi. Semiotika ialah cabang ilmu dari filsafat yang mempelajari “tanda” dan biasa disebut filsafat penanda. Semiotika adalah teori dan analisis berbagai tanda dan pemaknaan.Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut. <br /><br />Semiotika biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berhubungan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotika meliputi tanda-tanda taktil dan penciuman visual dan verbal serta (semua tanda atau sinyal yang dapat diakses dan dapat dirasakan oleh semua indera kita) sebagai mereka membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pijat di sastra setiap bidang perilaku manusia dan perusahaan . <br /><br />Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory.semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki. ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.<br />Komunikasi melibatkan tanda dan kode. Tanda adalah material atau tindakan yang menunjuk pada ‘sesuatu’, sementara kode adalah sistem di mana tanda-tanda diorganisasikan dan menentukan bagaimana tanda dihubungkan dengan yang lain. Pemahaman tentang komunikasi diadopsi dari definisi yang dikemukakan oleh John Fiske, yakni komunikasi sebagai “interaksi sosial melalui pesan”.<br />Definisi komunikasi yang menyatakan bahwa ‘komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan.’ Aliran ini memberi perhatian utama pada bagaimana sender mentransmisikan pesan kepada receiver melalui channel. Efisiensi dan akurasi seringkali mendapat perhatian penting, sehingga ketika efektivitas komunikasi dinilai kurang atau gagal maka pemeriksaan akan segera dilakukan pada elemen-elemen proses itu untuk menemukan letak kegagalan dan kemudian memperbaikinya. <br />Aliran proses memperlihatkan penguasaan makna pada sumber atau pengirim pesan, aliran semiotik justru membalik peran penguasaan makna kepada penerima pesan. Penerima pesan mempunyai otoritas mutlak untuk menentukan makna-makna yang ia terima dari pesan, peran sender cenderung terabaikan.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-65581716190601210002011-11-27T05:31:50.704-08:002011-11-27T05:31:50.704-08:00Nama :Ika Setiyawati
NIM :2611411006
Prodi :Sastr...Nama :Ika Setiyawati<br />NIM :2611411006<br />Prodi :Sastra Jawa<br /><br />Perkembangan Estetika<br />Pada Periode Kritik Menurut Friedrick Heger<br />"Gagasan Relativisme dan Subjektivisme"<br /><br />A.Relativisme<br />• Relativisme adalah suatu aliran atau paham yang mengajarkan bahwa kebenaran itu ada, akan tetapi kebenaran itu tidak mempunyai sifat mutlak.<br /><br />• Istilah relativisme diangkat dari kata relatif, berasal dari kata latin reffere: membawa, mengacu, menghubungkan . dari situ timbullah kata relatio yang artinya relasi: hubungan, ikatan. Relativisme: adanya ikatan, adanya keterbatasa, nisbi.<br /><br />B.Subjektivisme<br />Aliran yang membatasi pengetahuan pada hal-hal (onjek) yang dapat diketahui dan dirasa. kecenderungan dan kedudukan kemampuan pada realitas eksternal sebagai sesuatu yang bisa ditinjau dari pemikiran yang subjektif. <br /><br />Sejarah Filsafat Barat :<br />Sejarah filsafat barat bisa dibagi menurut pembagian berikut : filsafat klasik, abad pertengahan, modern, dan kontemporer..<br /><br />Konsep filsafat hukum juga berkaitan dengan person.<br />Menurut Friedrick Heger, dalam uraian awalnya pada konsep roh subjektif menerangkan momen terakhir dari roh subjektif adalah kehendak bebas agar berada dalam kebebasan objetifnya, kehendak mesti mengambil bentuk sukesifnya.<br /><br />Dia memberikan makna tersendiri bagi moralitas, yang dengan itu berarti mengisi kekurangan yang ada pada Aristoteles; soal transendensi, dan kekurangan yang ada pada Kant, soal realitas norma yang ada dalam masyarakaticka blog'shttps://www.blogger.com/profile/16081456980736295670noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-63130707272405591092011-11-27T04:11:41.856-08:002011-11-27T04:11:41.856-08:00Aristoteles menegaskan bahwa tujuan dari semua kes...Aristoteles menegaskan bahwa tujuan dari semua kesenian adalah baik: sambil menikmati keindahan seni yang disajikan, penonton membayangkan apa yang bisa terjadi pada dirinya sendiri. Dengan ikut merasakannya, mereka mengalami pembebasan. Pembebasan dari kesulitan dan ketegangan jiwa yang sedang menekan manusia dinamakan Katharsis. Biasa juga diartikan sebagai puncak dan tujuan karya seni drama dalam bentuk tragedi Disamping menikmati keindahan dalam menyaksikan kesenian, manusia mengalami katarsis itu sebagai pembersih jiwa dirinya, yang mempunyai efek pengobatan rohaniah.<br />Selama 2000 tahun lebih pandangan Aristoteles tentang Katharsis sangat mempengaruhi filsafat tentang karya seni, bahkan teori drama. Katharsis diharapakan terjadi dalam diri penonton kemudian dibawanya pulang sebagai pemahaman yang lebih mendalam tentang manusia, sebagai pembebasan batin juga dari segala pengalaman penderitaan.<br />ALUR DRAMATIK<br />Dalam cerita konvensional, struktur dramatik yang dipergunakan adalah struktur dramatik Aristoteles. Bagian-bagian dari struktur tersebut adalah: (Sumardjo dan Saini, 1986: 142-143)<br />Eksposisi<br />Eksposisi adalah bagian awal atau pembukaan dari suatu karya sastra drama. Bagian ini memberikan penjelasan atau keterangan mengenai berbagai hal yang diperlukan untuk dapat memahami peristiwa berikutnya dalam cerita, seperti tokoh cerita, masalah, tempat dan waktu, dan sebagainya.<br />Komplikasi<br />Bagian ini sering disebut juga penggawatan. Komplikasi merupakan lanjutan dari eksposisi dan peningkatan daripadanya. Dalam bagian ini salah seorang tokoh cerita mulai mengambil prakarsa untuk mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi hasil dari prakarsa itu tidak pasti sehingga timbullah kegawatan.<br /><br />Klimaks<br />Komplikasi kemudian disusul klimaks. Dalam bagian ini pihak-pihak yang berlawanan, berhadapan untuk melakukan perhitungan terakhir yang menentukan nasib tokoh dalam cerita.<br />Resolusi<br />Dalam resolusi semua masalah yang ditimbulkan oleh prakarsa tokoh terpecahkan.<br />Konklusi<br />Dalam bagian ini nasib tokoh cerita sudah pasti. Konklusi merupakan akhir cerita.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-18337858028886263402011-11-27T04:10:28.475-08:002011-11-27T04:10:28.475-08:00memahami peristiwa berikutnya dalam cerita, sepert...memahami peristiwa berikutnya dalam cerita, seperti tokoh cerita, masalah, tempat dan <br />waktu, dan sebagainya.<br />MIMESIS<br /> Menurut Aristoteles, seni melukiskan kenyataan,penampakan kenyataan dan ide-ide tidak lepas dari yang satu dengan yang lainnya.Dalam setiap objek yang diamati didalam kenyataan terkandung idenya dan tidak dapat dilepaskan dari objeknya.<br />Bagi Aristoteles, mimesis tidak semata-mata menjiplak kenyataan,melainkan merupakan sabuah proses kreatif penyair,sambil bertitik pangkal pada kenyataan,menciptakan sesuatu yang baru.Dengan bermimesis,penyair menciptakan kembali kenyataan.<br />Aristoteles menilai sastra lebih tinggi dari pada penulisan sejarah. Dalam sejarah ditampilkan sebuah peristiwa yang hanya satu kali terjadi,sebuah fakta,tetapi dalam sastra lewat sebuah peristiwa konkret dibeberkan suatu pemandangan yang umum dan luas.<br />Berbagai teori mimesis itu mempunyai satu unsur yang sama,perhatian diarahkan kepada hubungan antara gambar dan apa yang diganbarkan,tolok ukur estetik pertama ialah sejauh mana gambar itu sesuai dengan kenyataan. Apakah kenyataan itu merupakan dunia ide, dunia universal atau dunia yang khas,itu tidak begitu penting. maka Aristoteles berpendapat bahwa keindahan objek dicapai melalui keserasian bentuk yang setinggi-tingginya. Menurut Aristoteles,karya seni dinilai lebih indah dibandingkan dengan alam, meskipun dapat pula alam lebih tinggi daripada karya seni. Mimesis atau peniruan alam dipandang Aristoteles sebagai tragedi. Menurutnya, ciri seni bukanlah semata meniru akan tetapi lebih kepada membedah alam dan mengupas esensinya. Oleh sebab itu, menurut Aristoteles bahwa karya seni dibuat untuk memperbaiki sesuatu yang buruk. Tidak hanya sebagai "imitasi" alam belaka.Keindahan pada karya seni itu dapat diperoleh melalui simbol-simbol keindahan yang dijumpai pada berbagai benda dan karya sastra yang indah maupun bangunan yang mempesona. <br />KHATARSIS<br />Aristoteles mempertimbangkan kesenian puisi menjadi tiga jenis: tragedi, komedi dan epos. Tragedi menceritakan kehidupan kaum bangsawan. Komedi menceritakan tentang kehidupan orang jelata. Epos menceritakan tentang dewa-dewa. <br />Dalam seni puisi yang dinikmati keindahannya oleh manusia, Aristoteles menerangkan bahwa ada tiga unsur yang terlibat :<br />a.Obyek kesenian yaitu sasaran atau tujuan dan permasalahan yang ditampilkan kepada pendengar dan penonton. <br />b.Media kesenian merupakan alat penghubung yang digunakan seniman untuk menciptakan hubungan dengan sang penonton atau pendengar, seperti suaranya, bahasanya, mimiknya, nada, ritme, irama.<br />c.Penampilan kesenian yaitu cara menyampaikan puisi tsb, misalnya: menceritakan saja (naratif), secara sajak (deklamasi), percakapan (dialog).Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-45981870427789276532011-11-27T04:08:24.735-08:002011-11-27T04:08:24.735-08:00Kusuma Ayu Purwati
2611411003
Gagasan yang dapat ...Kusuma Ayu Purwati<br />2611411003<br /><br />Gagasan yang dapat dikembangkan dalam periode klasik menurut Aristoteles :<br />APRIORI<br />Menurut kant pikiran kita sebagai subyek memang tidak menciptakan objek pada dirinya, tetapi objek sebgaimana kita ketahui, distrukturkan secara apriori oleh pikian kita. Semua unsur formal atau struktural dalam objek yang diketahui, datang dari struktur pikiran. Sedangkan semua unsur material merupakan sesuatu yang pada dirinya tak dapat diketahui. Unsur-unsur formal yang secara apriori berasal dari struktur pikiran, merupakan suatu syarat yang bersifat niscaya bagi dimungkinkannya pengalaman kognitif. Dengan demikian, struktur apriori itu sendiri tidak pernah dialami syarat-syarat bagi dimungkinkannya konsep yang dapat diprediksikan pada benda atau objek fisik. Dalam arti ini kategori kant mirip dengan kategori yang dirumuskan Aristoteles. Bedanya adalah bahwa 10 kategori yang dirumuskan Aristoteles adalah klasifikasi jenis predikat. Kant menghadapi masalah bagaimana konsep itu terbentuk dan diterapkan pada objek pemikiran. Ia tidak mempunyai teori abstraksi sebagaimana Aristoteles. Penting bagi penjelasan kant tentang syarat-syarat apriori bagi dimungkinkannya pengetahuan manusia adalah skematisasi kategori. Kant berfikir bahwa harus ada sesuatu yang menghubungkan antara intuisi indrawi dan pengertian. Ketika kita membuat putusan, misalnya dalam bentuk S adalah P, subjeknya adalah sesuatu yang partikular yang secara indrawi diintuisikan dibawah bentuk apriori ruang dan waktu, sementara predikatnya adalah suatu konsep umum yang mengungkapkan pengertian kita tentang apa yang diintuisikan, dan konsep itu dimungkinkan oleh adanya kategori yang bersifat apriori. Agar supaya kategori itu menghasilakan konsep yang dapat diterapkan pada objek spasio-temporal, maka konsep itu entah bagaimana haruslah terhubung dengan ruang dan waktu. Hubungaan ini disebut skematisasi dan menurut kant terjadi berkat imajinasi. Apa persis ini artinya dan apakah secara internal pengertian ini koheren denagn pemikiran kant yang lain, merupakan butir perdebatan yang belum selesai diantara para sarjana pengkajian pemikiran kant. Untungnya kita tidak perlu terjebak dalam perdebatan tersebut. Butir gagasan yang penting untuk kita ingat, kerena kant tidak dapat mengabstraksikan konsep dari objek-objek fisik padahal perlu mengatribusikan ciri-ciri umum pada objek-objek tersebut dalam memikirkan mereka, ia harus menemukan suatu jalan bagaimana membawa ciri-ciri umum itu kedalam ruang dan waktu. Dalam arti tertentu Kant menghadapi maalah sebaliknya dari apa yang dihadapi Aristoteles. Kalau Aristoteles harus menemukan jalan bagaimana akal budi melepaskan kondisi-kondisi material dari konsep-konsep, Kant harus menemukan jalan bagaimana menghubungkan konsep-konsep dengan kondisi-kondisi material.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-17217114529048552782011-11-27T02:38:58.442-08:002011-11-27T02:38:58.442-08:003) Estetika dari bawah ke atas (von unten nach obe...3) Estetika dari bawah ke atas (von unten nach oben)<br /><br />Estetika dari atas ke atas inilah yang diharapkan dari masa depan estetika. Aliran estetika dari bawah ke atas berupaya memadukan antara tuntutan-tuntutan pemikiran yang filosofis dengan keharusan metode penyelidikan secara positif dan terdapat dalam psikologi sosiologi, sehingga nanti muncullah “psikoestetik” dan “sosioestetik”. Estetika dari bawah ke atas memadukan antara tuntutan pemikiran filosofis dan keharusan metode penyelidikan secara positif yang terdapat dalam jiwa dan ilmu-ilmu masyarakat.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />MAKNA KEINDAHAN<br /><br />Makna keindahan menurut Fechner dari berbagai eksperimennya adalah sebagai berikut : (hasilnya masih spekulatif)<br /><br />1. Dalam arti luas, bahwa seni adalah segala yang menyenangkan secara umum.<br /><br />2. Arti lebih sempit, bahwa keindahan memberikan kesenangan yang lebih tinggi, tapi masih bersifat inderawi.<br /><br />3. Arti paling sempit, bahwa keindahan sejati tidak hanya menyenangkan, tetapi juga kesenangan yang sesungguhnya, yakni memiliki nilai – nilai dalam kesenangan tersebut yang didalamnya terkait konsep keindahan dan konsep moral, kebaikan.<br /><br /><br /><br />GAGASAN APOLLONIAN DAN DIONSYIAN<br /><br />Istilah apollonian dan dionsyian seperti kita ketahui dipopulerkan oleh Nitzche dalam karyanya “ The Birth of Tragedy “ lahirnya tragedi. Karya tersebut merupakan bentuk pemaparan atas dua mentalitas estetika yunani kuno diatas yang saling berlawanan. Dalam bukunya tercuplik beberapa bait yang mengisyaratkan karakter apollonian dan dionysian. Baginya apollonian “ berkuasa atas ilusi indah dunia fantasi batiniah . Musik apollo adalah arsitektur dorik yang diubah menjadi bunyi-bunyian tetapi hanya menjadi bunyi-bunyian sugestif seperti bunyi-bunyi citahara “.” Mencari moral yang tinggi bahkan kesucian , kerohanian surgawi, kemurahan hati dan belas kasih ...” dan “ yang terburuk dari semuanya adalah mati segera, hal terburuk kedua adalah mati sama sekali”. Sebaliknya dionysian dicirikan dengan “...kehidupan bersemangat bergerombolan dionysus yang bersukaria”.”kekuatan bunyi yang sangat besar , arus emlodi yang dipersatukan dan dunia harmoni yang benar-benar tidak ada bandinganya dan tidak dilahirkan tidak mengada ,menjadi tiada. Tetapi hal kedua yang terbaik bagimu adalah mati segera”.<br /> Dionysus dalam literatur yunani kuno merupakan dewa anggur dan kemabukan, pada dirinya terdapat filosofi “ ketin ggalan primodilisme”dimana segala jenis perbedaan semisal pria dan wanita menjadi kabur, dengan demikian mentalitas ini, mentalitas dionsyan cenderung melampaui segala batas norma dan aturan, mentalitas ini bebas mengikuti kehendak dan doronganya. Disisi lain apollo putra jupiter adalah putera matahari dan ilmu kedokteran . ia merupakan lambang pencerahan dan pengendalian diri atas dionysian .mentalitas apollonian dengan begitu condong pada keseimbangan tertib, cinta pada suatu bentuk serta pengendalian diri.secara sederhana, kita dapat mengklasifikasikan prinsip apollonian dengan karakter berfikir harafiah, rasional, dan teratur. Sedangkan prinsip dionysian berkaitan dengan kelahiran , kehewanan dan istabilitas.Widodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-1075072961025699912011-11-27T02:37:54.641-08:002011-11-27T02:37:54.641-08:00Apabila manusia menuruti hawa nafsu yang muncul ad...Apabila manusia menuruti hawa nafsu yang muncul adalah jiwa bawah sadarnya. Jiwa bawah sadar sangat besar kekuatannya karena tergantung kekuatan membendung dari jiwa sadar. Jiwa bawah sadar manusia yang menuruti hawa nafsu manusia selalu mengarah pada harta (menumpuk kekayaan), tahta (mencapai kekuasaan), wanita (nafsu sexual) Taine (1828-1893) menulis “Filsafat Seni” yang membahas estetika historis namun tidak bersifat dogmatis. Hasil-hasil seni yang besar adalah akibat dari tiga kekuatan yaitu lingkungan, zaman, dan bangsa. Analisanya mengenai lingkungan memperdalam pembahasan mengenai kritik sastra, akan tetapi estetikanya tetap belum teratur (Anwar, 1980:36). Sebuah laboratorium ilmu jiwa yang didirikan oleh Wundt di Leipzig tahun 1878 mencoba meniru ahli-ahli Fisika dalam mengumpulkan percobaan-percobaan/eksperimen untuk membentuk suatu sistem yang berdasar dalil dan hukum. Eksperimen yang terkenal adalah empat persegi “kertas karton putih” yang mempunyai bidang sama luasnya tetapi sisinya memiliki perbandingan yang berbeda-beda misalnya, dimulai dari 1 x 1 hingga 2 x 5, dan perbandingan 21 x 34 (Anwar, 1980:37). Bangun-bangun empat persegi panjang itu diletakkan di atas papan hitam tanpa diatur, dan diminta dari beberapa orang untuk memilih bangun mana yang paling digemari dan bangun mana yang paling tidak digemari. Fechner mencatat hasil pilihan itu dalam kolom-kolom sehingga membentuk suatu statistik yang menakjubkan. Hasil dari eksperimen itulah yang menghasilkan “ the golden section ” (bangun yang paling indah) , dari empat persegi panjang yang berperbandingan 21 x 34 (Anwar, 1980:37). <br /><br />Atau dapat kita ringkas dari pandangan Gustav Theodor Fechner adalah sebagai baerikut :<br />1) Estetika atas (von oben)<br />Estetika atas tidak akan dapat tersistematikan secara rapi tanpa mengabaikan beberapa keganjilan pikiran. Ahli pikir Perancis yang besar sumbangannya pada akhir abad ke-20 terhadap estetika teoritis adalah Paul Souriau. Tulisan-tulisan Souriau tentang filsafat seni sangat tajam, mendalam dan bermutu tinggi. Selain Souriau, ada juga Tolstoy dari Rusia, menurut Tolstoy seni merupakan suatu aktivitas kemanusiaan yang berproses secara sadar, seseorang dengan perantaraan lambing-lambang atau simbol-simbol tertentu, menyampaikan perasaan-perasaan yang pernah dialaminya (baik langsung mapun tidak langsung), agar orang lain terpengaruh oleh perasaan-perasaan itu, kemudian timbulimpati dan simpati.<br /><br />2) Estetika bawah (von unten)<br /><br />Gustav Theodor Fechner (1807 – 1887) dari Jerman, orang pertama yang mengusulkan nama estetika induktif (von unten) sebagai alternatif lain dari estetika metatisis lama (von oben) untuk menentukan konsepsi yang tepat mengenai hakikat dari keindahan yang objektif. Kebaikan menurut Fechner adalah orang pria yang rajin mengatur segala di rumahnya. Sedang kecantikan adalah istrinya yang selalu segar, sedap dipandang mata. Ketenangan ialah bayi sehat yang penuh aktivitas bermain dan lucu. Kegunaan adalah pelayan yang setia mengabdi pada tuannya. Kebenaran ialahWidodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-14088400534499643212011-11-27T02:36:23.994-08:002011-11-27T02:36:23.994-08:00ffilsuf dari Inggris berpendapat bahwa seni adalah...ffilsuf dari Inggris berpendapat bahwa seni adalah termasuk ibadah. Keindahan adalah tersingkapnya bisikan-bisikan Tuhan. Diperlukan intuisi mistik dan teleologis terhadap alam bahwa segala yang indah itu tentu harus juga baik, dan dapat ditafsirkan menurut jiwa agama. Akal dan indera tidak mampu menyingkapkan keindahan Tuhan namun dengan kehendak Tuhan manusia menjelajahi apa yang dikehendaki Tuhan (Anwar, 1980:34). Nietzche melalui tulisan-tulisannya yang berjudul “ Die Geburt der Tragoedie ” (Lahirnya Tragedi), “ Der Fall Wagner ”, “ Also Sprach Zarathustra ”, dan “ Unzeitgemaesse ” dapat digolongkan sebagai penulis humanis yang banyak menulis metaestetika (estetika atas/metafisik) abad 19. Estetika ditinjau dari sudut abstraknya bukan gejalanya. Schoupenhauer sebagai gurunya sangat mempengaruhi terhadap keyakinan dan pesimisme yang mendalam (pesimisme romantis). Jalan pikiran Nietzche isinya pesimisme, artinya seni itu sebetulnya banyak mengungkapkan kesan-kesan yang bersifat kesehatan, ketidakadilan, sakit dan sebagainya, sehingga seni itu semata-mata ungkapan perasaan keputusasaan seperti dalam tragedi dan sejenisnya. Ia mencoba menerangkan jiwa kepahlawanan dan inspirasi-inspirasi geni (semangat) di dalam seni dan geni dalam metafisika (Anwar, 1980:34). Selanjutnya Nietzche masuk pada periode positivisme skeptis, yaitu mengembalikan segala sesuatu kepada “kebebasan akal”. Akhirnya periode pembangunan kembali dengan menetapkan nilai-nilai yang diperlukan oleh hidup agar terus berlangsung dan mempunyai kekuatan (Anwar, 1980:35). <br /><br /><br />Estetika Bawah ( Von Unten ) Estetika bawah mendasarkan pada eksperimental dengan perintisnya Gustav Theodore Fechner (1807-1887) dari Jerman. Ia mengusulkan nama Estetika Induktif “ von unten ” sebagai hal yang berlainan dari estetika metafisis lama “ von oben ” untuk menentukan konsepsi yang tepat mengenai hakikat keindahan yang objektif (Anwar, 1980:35). Untuk merumuskan keindahan dengan bereksperimen menemukan istilah-istilah baru seperti: tangga estetik, keseragaman dalam variasi, tidak ada kontradiksi, kejelasan, pertautan, pertentangan dan sebagainya. Fechner membuat langkah-langkah awal di bidang seni yang menyangkut bidang geometri dengan metode induksi komparasi yaitu dimulai dengan karya-karya yang kemudian dibanding-bandingkan dan dirumuskan. Misalnya, tiap bentuk segitiga dengan segala ukuran dinilai oleh para ahli bentuk mana yang paling pantas (Anwar, 1980:36). Sebenarnya tidak semua permasalahan estetika dapat diobjektifikasikan. Misalnya, mengenai masalah penghayatan dan konsep ide kekaryaan, ini tetap milik subjeknya. Ada cara untuk mencari objektifikasi yaitu dengan metode intersubjektif. Metode ini tercipta dengan adanya kondisi budaya yang sama, latar belakang adat istiadat yang sama, latar belakang keluarga yang sama, lingkungan yang kurang lebih sama, pendidikan yang sama (Anwar, 1980:36). Jalan pemikiran induktif ini dipengaruhi oleh psikoanalisa karena dapat dimengerti fungsi dari perilaku jiwa berusaha menjelaskan peranan jiwa dalam wujud perilaku. Tokoh psikoanalisa adalah Sigmund Freud. Menurutnya manusia ibarat es yang terapung di dalam air, yang sebagain tenggelam dan sebagian terapung. Bagian yang tenggelam lebih besar daripada yang terapung. Bagian yang terapung adalah jiwa yang sadar ( das ich ). Bagian yang tenggelam adalah jiwa bawah sadar ( das es ). Dapat disimpulkan bahwa manusia itu lebih besar bawah sadarnya dari pada sadarnyaWidodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6995759653419745131.post-61062699585258242312011-11-27T02:35:28.016-08:002011-11-27T02:35:28.016-08:002.Pandangan Gustav Theodor Fehner
Fehner adalah o...2.Pandangan Gustav Theodor Fehner<br /><br />Fehner adalah orang yang berjasa dalam merintis penggunaan eksperimen yang sistematis untuk membentuk estetika formil yang ilmiah. Dalam mempelajari pemikiran estetika Ia membagi menjadi: <br />1.estetika atas yaitu penyelidikan estetika dari segi filsafat murni; <br />2.estetika bawah atau eksperimental<br />3. estetika masa sekarang <br />• Estetika Atas ( Von Oben ) Pemikiran estetika atas merupakan penyelidikan estetika yang menggunakan pendekatan metafisika atau dari segi filsafat murni. Estetika atas bertitik tolak dari pengertian-pengertian/definisi-definisi yang berwujud konsep. Model pendekatan lebih bersifat komprehensif. Ciri-ciri pemikirannya antara lain adalah bahwa banyak masalah estetika/penghayatan, penilaian, ide, selera perasaan adalah merupakan hal-hal yang bersifat subjektif. Artinya, sangat sulit untuk dikaji secara induktif/ilmiah/dicari objektifikasinya. Oleh karena itu pengembangan estetika dari segi pendekatan filosofis tidak dapat ditinggalkan (Anwar, 1980:31). Orang yang besar sumbangannya kepada estetika teoritis ini adalah Paul Souriau , ahli pikir dari Perancis. Souriau menulis tentang filsafat seni yang berjudul “ Teori tentang Penemuan 1881”, “Estetika Gerak”, “Uraian tentang data-data langsung dari Kesadaran, 1889”, “Usul-usul mengenai Seni, 1893”, “Imaginasi Seniman, 1901”dan “Keindahan Rasionil, 1904” (Anwar, 1980:32). Selain Souriau, tokoh dari Rusia yang patut dipertimbangkan adalah Leo Tolstoy yang menulis buku “ What is Art ”. Ia memberikan definisi tentang proses seni sbb. “To evoke in oneself a feeling one has experienced, and having evoked it in oneself, then by means of movement, lines, colours, sounds, or forms expressed in words so to transmit that feeling that others experience the same feeling – this is activity or art” . Artinya, “Aktivitas seni ialah untuk membangkitkan dalam diri seseorang suatu perasaan yang pernah dialaminya, dan setelah perasaan itu timbul, maka dengan perantaraan gerak, garis, warna, suara, atau bentuk kata-kata, perasaan tadi disampaikan kepada orang-orang lain agar mereka mengalami perasaan yang sama” (Anwar, 1980:33). Menurut Tolstoy, seni ialah suatu aktivitas kemanusiaan yaitu seseorang secara sadar, dengan perantaraan lambang-lambang tertentu, menyampaikan perasaan yang pernah dialami, agar orang lain terpengaruh oleh perasaan-perasaan itu dan juga ikut mengalaminya. Faktor kemampuan penyampaian seniman atau pemindahan kepada orang lain merupakan hal yang sangat penting (Anwar, 1980:33). Pendapat ini di kritik oleh Herbert Read , fungsi seni tidaklah untuk memindahkan perasaan agar orang lain dapat mengalami perasaan yang sama tetapi sebenarnya untuk mengejawantahkan perasaan dan menyampaikan pengertian/makna tertentu. Read menyatakan bahwa seni itu lazimnya dihubungkan dengan corak-corak visual / plastis /menciptakan bentuk-bentuk ( formatif art ) (Anwar, 1980:33-34). Ruskin , seorangWidodohttps://www.blogger.com/profile/07209826545486151806noreply@blogger.com