Rabu, 23 November 2011

estetika dalam pagelaran wayang kulit

7 komentar:

  1. NAMA : AHMAD ALFAN RIZKA ALHAMAMI
    NIM : 2611411014

    PERTUNJUKAN WAYANG
    LAKON : DEWA RUCI
    BHAVA

    1. Kenikmatan
    Saat petarungan Bratasena dengan Buta Kembar dan Anoman
    a. Pertarungan Bratasena dengan Buta kembar
    b. Pertarungan Bratasena dengan Anoman

    2. Humor
    Adegan Gara-gara, ketika punakawan muncul

    3. Kesedihan
    Saat adegan Bratasena meminta izin kepada ibunya Dewi Kunti dan saat Dewi kunti dan anak-anaknya memohon kepada dewa agar bratasena selamat
    a. Bratasena meminta izin kepada Dewi Kunti
    b. Dewi Kunti dan saudara Bratasena Memohon kepada Dewa


    4. Kemarahan
    Saat Sengkuni meminta kepada Drona untuk mencelakakan Bratasena

    5. Keberanian
    Bratasena yang bertekad mencari ilmu dengan mematuhi perintah guru Drona
    a. Mencari Kayu Gung Susuhing Angin di gunung Candramuka

    b. Bratasena ke samudra untuk mencari air Tirtapawitra


    6. Ketakutan
    Saat Bratasena akan masuk ke samudra


    7. Keheranan
    Saat Buta kembar berubah menjadi dewa dan saat Anoman menghadang Bratasena
    a. Buta kembar jadi Dewa Indra dan Bayu
    b. Anoman mengajak saudaranya menghadang Bratasena

    8. Ketegangan

    Saat ular datang melilit Bratasena

    BalasHapus
  2. MAAF PAK, SEBENARNYA ADA GAMBARNYA, TAPI SAYA HILANGKAN

    BalasHapus
  3. NAMA :ARIFUDIN
    NIM : 2611411009

    TUGAS MENGANALISIS
    “WAYANG LAKON DEWA RUCI”

    1. Rati (kenikmatan)
    Setelah melihat wayang lakon dewa ruci menurut saya sisi kenikmatanya ada beberapa hal yang dapat kita rasakan dianataranya gerakan-gerakan para tokoh dalam pewayangan tersebut. Cara berbicara dari masing-masing tokoh,efek-efek yang ditimbulkan dalam wayang lakon dewa ruci sangat bagus dan menarik perhatian mata kita untuk melihatnya, dan selain dari aspek itu saja kenikmatan juga disajikan yaitu ketika kita dapat mebngambil salah satu nilai positif dari watak Bratasena yang berani mencari ilmu jatidiri tanpa takut terhalangi oleh apapun,itu semua dilakukan atas wujud kesetiaan kepada gurunya.
    2. Hasa (Humor)
    Tidak sedikit adegan humor yang ada dalam wayang lakon dewa ruci namun ada satu aegan yang dapat membuat kita sedikit tertawa dan tersenyum yaitu ketika para punokawan (Bagong,Semar,Petruk,Gareng) keluar. Gerakan-gerakan yang mereka perlihatkan dapat membuat kita tertawa, selain itu dari cara berbicara juga dapat mengundang kelucuan. Pada saat adegan itu,terlihat bahwa Semar menasehati gareng, Petruk, dan Bagong tentang kegunaan kita mempunyai ilmu atau bagaimana kita mencari ilmu yang baik dan benar serta dapat mengamalkanya.
    3. Soka (Kesedihan)
    Adegan diawal pertunjukan wayang lakon dewa ruci ini sudah menunjukan kesedihan, dimana ketika bratasena menyadari atau menerima kenyataan kalau ayahnya yaitu Pandu dan ibunya Kuntidimasukan kedalam kawah gunung Candradimuka, itu semua membuat bratasena sedih dan terpukul akan kejadian itu. Selain adegan kesedihan diawal terseupada t, pertengahan lakon dewa ruci yaitu ketika ibu dari Bratasena (Kunti) tidak rela anaknya mencari ilmu kebatinan dan belum siap kehilangan bratasena, itu semua menggambarkan betapa sayangnya seorang ibu kepada anakanya.
    4. Krodha (Kemarahan)
    Merasa adiknya dalam bahaya, kakak Bratasena mengajak saudara-saudaranya yaitu Bayu, kakak Maenaka, Jajag werta, dan Gajah situbanda untuk mengahalangi kepergian Bratasena, namun mereka hanya menguji tekad dan keberanian Bratasena.

    BalasHapus
  4. 5. Utsana (Keberanian)
    Beberapa adegan yang menunjukan keberanian :
    • Ketika bratasena berantem melawan raksasa dignung Candradimuka raksas tersebut ternyata jelmaan dari Betara Bayu dan Indra, mereka menguji seberapa besar keberanian Bratasena. Dalam pertempuran itu Bratasena berhasilberhasil mengalahkan kedua raksas itu dan berhasil pula membebaskan Batara bayu dan Indra dari kutukan sebagai raksasa, lalu sebagai tanda terimakasih Batara bayu dan Indra maka mereka memberikan cincin kepada Bratasena sebagai tanda terimakasih karena Bratasena sudah membebaskan mereka dari kutukan menjadi raksasa.
    • Pada saat Bratasena akan memasuki samudra, Bratasena berdiri kokoh bagai tugu, melihat luasanya lautan seolah tanpa tepi, air gelombang bergulung setinggi gunung mengemuruh, saat itu mega menutupi matahrai, kilat menyambar dan suara halilintar, membuat hati Bratasena takut,mengingat Bratasena merupakan manusia biasa, maka sekilas masih merasakan takut. Namun segera rasa itu disinggikrakn dengan kuatanya tekad untuk masuk kedalam dasar samudra walau harus mati sebagai manusia utama. Dalam samudra Bratasena dililit 2 ular sebesar pohon tal dan menyambar petir. Terjadi pertarungan antara Bratsena dan ular yang besar itu, Bratsena berhasil memenangkan pertarungan itu.
    6. Bhaya (Ketakutan)
    Adegan dimana yang menunjukan rasa ketakutan yaitu dimana ketika ibu Bratsena tidak merelakan Bratasena pergi karena merasa tidak ingin kehilangan Bratsena namun Bratsena Berkata kepada ibunya “sudah relakan aku, kalau memang aku harus mati, aku bukan milikmu tetapi milik tuhan”. Selain itu ada adegan juga yang menujukan rasa ketakutan ketika Puntadewa permadi juga merasakan takut kehilngan Bratasena. Namun ibunya yaitu Kunti meminta supaya mereka berdoa agar Bratasena mendapat keselamatan.


    7. Vismaya (Keheranan)
    Ketika Bratasena menanyakan bagaimana jalan menuju kesempurnaan dan kebahagiaan hidup Dewa Ruci menyuruhnya masuk kedalam tubuhnya yaitu didalam gua garbanya dewa ruci. Gua garba artinya bayi yang masih suci sehingga bratsena sudah menjadi manusia suci lahir dan batin. Seketika itu dia merasakan kenikmatan “Merasa puas hatiku brada ditempat luas tanpa batas, tentram tanpa kesedihan” dan Bratasena ingin berada dalam gua garbanya dewa ruci selamanya. Namun Bratasena keluar dari tubuh Dewa Ruci.

    BalasHapus
  5. FARAH NUR AFINI
    NIM 2611411018
    WAYANG “DEWA RUCI”
    Oleh : Ki Manteb Soedharsono
    Pagelaran wayang ini menceritakan tentang perjalanan dan perjuangan Bratasena sebagai ksatriya sejati dalam menemukan jati dirinya demi mencapai ketentraman hidup yang sesungguhnya. Yaitu ketentraman dan ketenangan hati yang hanya bisa dicapai dengan niat yang besar, tekad yang kuat, perbuatan yang baik, dan jiwa yang suci.
    Lakon “Dewa Ruci” ini mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi insan yang mulia dihadapan Tuhan Yang Maha Esa dengan cara mengalahkan hawa nafsu dan jiwa angkara murka yang ada di dalam diri setiap manusia. Yakni bahwa setiap kejahatan akan dikalahkan oleh kebaikan, dan bahwa orang yang menuntut ilmu wajib menanamkan kesungguhan dalam hatinya serta mengamalkan ilmu yang telah ia dapatkan dalam proses pembelajarannya.

    ANALISIS WAYANG “DEWA RUCI” BERDASARKAN BHAVA-RASA

    Bhava merupakan emosi/hal yang ditampilkan oleh para tokoh, sedangkan rasa adalah respon/kesan yang diterima oleh penikmat atau penonton. Analisis berdasarkan hal tersebut berdasarkan lakon wayang “Dewa Ruci” diantaranya :

    * Bhava rati/kenikmatan dan rasa srngara/erotis. Dalam hal ini, bhava rati dan rasa srngara dapat dirasakan dalam adegan ketika Bratasena bertemu Dewa Ruci yang sejatinya adalah cerminan jiwanya sendiri, yaitu ketika Bratasena berada dalam Guwa Garba di samudera Minangkalbu.
    * Bhava hasa/humor dan rasa hasya/lucu. Ini dirasakan dalam adegan ketika tokoh punokawan muncul dan berbicara satu sama lain.
    * Bhava soka/kesedihan dan rasa karuna/haru. Dapat dirasakan ketika Dewi Kunthi hendak melepas kepergian Bratasena yang kukuh pendiriannya ingin mencari Tirta Pawitra berdasarkan petunjuk dari gurunya Drona.
    * Bhava krodha/kemarahan dan rasa raudra/ngeri. Dirasakan ketika adegan Bratasena bertarung dengan dua raksasa di gunung Candramuka dan ketika adegan bertarungnya Hanoman dengan Kartamarma untuk menghalanginya merebut Begawan Drona dari tangan Bratasena.
    * Bhava utsaha/keberanian dan rasa vira/heroik. Bhava dan rasa ini terlihat dalam adegan ketika Bratasena selesai bertarung dengan dua raksasa di gunung Candramuka yang ternyata merupakan jelmaan dari Dewa Indra yang berterimakasih kepadanya karena telah dibebaskan dari penderitaan berupa kutukan.
    * Bhava bhaya/ketakutan dan rasa bhayanaka/takut. Kedua hal ini dapat dirasakan ketika Bratasena hendak masuk ke dalam lautan/samudera Minangkalbu.
    * Bhava jugupsa/kejijikan dan rasa vibhatsa/muak. Bhava dan rasa ini dapat kita rasakan ketika kita melihat betapa liciknya Sengkuni dan Drona yang memiliki rencana buruk terhadap Bratasena.
    * Bhava vismaya/keheranan dan rasa adbutha/takjub. Ini dapat kita temukan pada adegan ketika Bratasena berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan, yaitu berhasil mengetahui arti dari “Kayu Gung Susuhing Angin” dan “Tirta Pawitra” yang merupakan tugas dari gurunya dan ketika Bratasena akhirnya menjelma menjadi Bimasuci.


    KESIMPULAN
    Dari kedelapan Bhava-Rasa yang telah dianalisis, maka sebagai penikmat kita dapat mengetahui dan merasakan gabungan dari keseluruhannya yaitu “Bhava Nirveda/Samaveda yang artinya ketenangan dan Rasa Santa yang artinya gembira” seperti yang dapat kita lihat pada adegan pagelaran wayang DEWA RUCI yang terakhir yaitu ketika sang Bimasuci yang telah menyelesaikan semua tugasnya dan berterimakasih kepada gurunya.

    BalasHapus
  6. Nama: Dany Kristian Agustinus
    NIM : 2611411021
    Delapan Bhavarasa dalam wayang kulit
     Kenikmatan : Saat Bratasena masuk ke dalam raga Dewi Ruci untuk mencari arti jati dirinya saat mencari tirta parawita.
     Humor : Saat Semar memberikan pembelajaraan kepada Petruk,Gareng dan Bagong mengenai kalakone kanthi laku.
     Kesedihan : Saat Kunthi berat untuk merelakan Bratasena pergi mencari ilmu.
     Kemarahan : Saat Sengkuni memarahi Drona karena telah membiarkan Bratasena pergi mencari ilmu.
     Keberanian : Saat Bratasena mencoba mencari ilmu di Gunung Candamuka dan ke Samudra dan menghadapi berbagai rintangan dan peperangan.
     Ketakutan : Saat Permadi meminta kepada Drona untuk menyusul Bratasena karena sampai tengah hari belum kembali dari samudra.
     Keheranan : Saat Anoman mencoba untuk menghalangi Bratasena menuju samudra tetapi dengan kekukuhan Bratasena ,Anoman kalah saat melawan Bratasena,Sebenarnya Anoman hanya mencoba mengukur seberapa besar keinginan Bratasena dalam mencari ilmu.
     Ketegangan : Saat di Gunung Candramuka Bratasena dihadang ,dan terjadilah peperangan yang akhirnya dimenangkan oleh Bratasena,dan akhirnya Bratasena diberi cincin Sesotya Mustika Manik Candama.

    BalasHapus
  7. KUSUMA AYU 2611411003

    Analisis wayang
    DEWA RUCI
    1. Kenikmatan
    Adengan dalam wayang Dewa Ruci yang menurut saya merupakan kenikmatan dalam cerita ini adalah saat Bratasena masuk kedalam samudera.
    2. Humor
    Adengan dalam wayang Dewa Ruci yang menurut saya merupakan humor dalam cerita ini adalah saat gara-gara yaitu Semar memberikan wejangan kepada Gareng, Petruk, Bagong.
    3. Kesedihan
    Adengan dalam wayang Dewa Ruci yang menurut saya merupakan kesedihan dalam cerita ini adalah saat Kunthi, ibunda Bratasena enggan merelakan anaknya pergi.
    4. Kemarahan
    Adengan dalam wayang Dewa Ruci yang menurut saya merupakan kemarahan dalam cerita ini adalah saat Sengkuni marah kepada Drona karena Bratasena malah diberi jalan untuk mencari ilmu bukannya dibunuh.
    5. Keberanian
    Adengan dalam wayang Dewa Ruci yang menurut saya merupakan keberanian dalam cerita ini adalah saat Bratasena berkelana ke Gunung Candramuka dan mencari Tirta Pawitra, Bratasena juga menghadapi 2 raksasa di Gunung Candramuka dan menghadapi ular yang ada di dalam samudera.
    6. Ketakutan
    Adengan dalam wayang Dewa Ruci yang menurut saya merupakan ketakutan dalam cerita ini adalah saat Bratasena belum juga pulang dari berkelana yang menjadikan kecemasan Permadi, Lalu diutuslah Drona untuk menyusul Bratasena.
    7. Keheranan
    Adengan dalam wayang Dewa Ruci yang menurut saya merupakan keheranan dalam cerita ini adalah saat Anoman merasa heran dengan tekad sang Bratasena untuk mencari jatidiri. Padahal Anoman telah menghalang-halangi namun tekad Bratasena sangat besar.
    8. Ketegangan
    Adengan dalam wayang Dewa Ruci yang menurut saya merupakan ketegangan dalam cerita ini adalah saat di Gunung Candramuka Bratasena dihadang oleh 2 raksasa dan dimenangkan bratasena. Tiba-tiba rakasasa itu berubah menjadi Bayu dan Indra. Lalu Bratasena diberi cincin Sesotya Mustika Manik Candrama.

    BalasHapus